Harga Baja Naik 25%
INN Channels, Jakarta Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) baja dari lima negara eksportir belum berlaku, tapi PT Krakatau Steel sudah bersiap menaikkan harga baja HRC (Hot Rolled Coil) hingga 25%. Untuk itu, peserta tender proyek diminta mengantisipasi kenaikan itu.
"Kenaikan harga ini lebih karena berbagai isu
eksternal, bukan hanya Krakatau Steel tapi juga produsen dunia lainnya," ujar Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel, Irvan K Hakim di Wisma Baja, Jakarta Selasa (08/01).
Menurutnya, harga baja dari dulu memang fluktuatif, misal pada 2001 harga HRC hanya US$175/ton, tahun 2004 melonjak hingga US$635/ton dan saat ini harga HRC melonjak hingga sekitar US$710/ton.
Menurut Irvan, kenaikan harga baja, terutama HRC itu terjadi akibat berbagai hal. Pertama, bahan baku baja yang diimpor dari beberapa negara seperti Australia, Chili, Venezuela dan Bahrain mengalami kenaikan harga hingga 30% dari sebelumnya. Hal itu dutambah, naiknya tarif pengapalan (freight) dari sekitar US$28-32/ton di Desember 2007, menjadi US$60/ton di Januari 2008. "Biaya freight naik dua kali lipat, akibat tingginya harga minyak dunia," terang dia.
Kenaikan harga itu juga dipicu berkurangnya suplai baja dari Tiongkok yang mulai melakukan pembatasan ekspor baja hulu, seperti HRC, CRC (Cold Rolled Coil) maupun wire rope. Negeri tirai bambu itu justru mengurangi pajak ekspor untuk produk hilir baja, seperti paku, mur, baut dan lainnya sehingga harga di pasaran internasional menjadi semakin kompetitif. "Itu yang harus kita waspadai, karena Indonesia kan kebanjiran produk baja hilir dari Tiongkok," tukasnya.
Irvan meminta para peserta tender proyek pemerintah maupun swasta yang menggunakan baja agar memperhitungkan kenaikan harga itu. Dengan begitu, realisasi proyek tidak terganggu atau meleset dari estimasi penawaran awal. Sebab, kenaikan harga baja itu secara bertahap akan terjadi hingga pertengahan 2008.
"Ini akan berlanjut hingga Juni, sebab World Steel Dynamic (WSD) menghitung tahun ini ada kenaikan operating cost hingga US$70/ton," terangnya.
Kenaikan harga itu, sebelumnya sudah diprediksi Gabungan Pengusaha Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma). Sebab, penerapan bea masuk antidumping (BMAD) terhadap lima eksportir utama baja, yaitu Tiongkok, Rusia, Thailand, Taiwan dan India diperkirakan bakal mengurangi pasokan baja nasional.
Saat ini penerapaan BMAD yang akan berlangsung lima tahun itu, masih menuggu surat keputusan dari Menteri Keuangan. [YK/L1]
Lihat Juga :
Tips memilih wire rope
Wire rope PT Anugrah Sukses Marine
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar